Para guru Sekolah Sukma Bangsa Aceh (Pidie, Bireuen, dan Lhokseumawe) baru saja mengikuti serangkaian workshop asesmen yang diselenggarakan oleh Yayasan Sukma. Melalui pelatihan ini, para guru tidak hanya mendapatkan wawasan baru, tetapi juga mengalami pergeseran paradigma (shifting paradigm) yang nyata dalam tata kelola penilaian siswa.
Workshop ini menekankan pentingnya mengembalikan penilaian formatif pada hakikat sebenarnya—yakni sebagai sarana pembelajaran, bukan sekadar pengukuran hasil. Penilaian formatif diletakkan kembali pada fungsinya yang esensial: memberikan umpan balik bermakna, mendorong refleksi, serta memandu siswa dalam proses mencapai kompetensi secara bertahap.
Dengan perubahan mindset ini, diharapkan praktik asesmen di kelas tidak lagi sebatas angka atau skor akhir, melainkan menjadi alat pendamping yang menumbuhkan motivasi, keterlibatan aktif, dan perkembangan belajar siswa secara menyeluruh.
