Oleh: Nova Zahara, S.Mat
Perkembangan setiap anak berbeda-beda, itulah sebabnya mengapa sangat penting seorang guru khususnya guru sekolah dasar (SD) harus mampu memahami setiap kondisi anak supaya proses pembelajaran berjalan lebih lancar dan tercapainya tujuan pembelajaran.
Perkembangan setiap anak meliputi beberapa aspek, seperti kognitif yang berhubungan dengan segi berpikir anak, bahasa yang berhubungan dengan kemampuan dalam menerima bahasa dan mengekspresikannya, fisik-motorik yang berhubungan dengan kemampuan anak dalam mengkoordinasi gerak otot besar dan halus, sosial emosional yang berhubungan dengan interaksi dalam lingkungan sosial, dan moral yang berhubungan dengan kemampuan anak dalam mengatur perilakunya (Talango, 2010).
Tak dapat dipungkiri menjadi guru SD ini memiliki tantangan tersendiri, saya yang telah mengajar di kelas 2 lebih kurang dua tahun memiliki beberapa pengalaman yang sangat berharga dalam memahami proses setiap perkembangan anak yang berbeda setiap tahunnya.
Sekolah Sukma Bangsa adalah tempat saya bekerja sekarang dan juga banyak belajar dari hal-hal yang tidak pernah saya alami sebelumnya. Contoh hal-hal yang membuat saya banyak belajar disini adalah memahami setiap karakter anak dan segi perkembangan kognitif mereka.
Selama dua tahun menjadi guru kelas di kelas II, saya mendapatkan perbedaan yang signifikan. Tahun pertama di kelas II, saya mendapatkan siswa yang didominasi oleh siswa perempuan, sehingga untuk pengaturan kelasnya juga lebih mudah untuk diatur. Siswa perempuannya juga tidak ada yang terlalu mendominasi teman-temannya yang lain.
Semua proses pertemanannya baik laki-laki maupun perempuan juga mudah berbaur dengan sesama dan jarang sekali muncul adanya memilih-milih dalam berteman, padahal di kelas ini juga terdapat satu anak perempuan yang sangat pendiam tetapi tetap temannya berbaur dengan sesama. Ada juga salah satu siswa laki-laki yang memang terkendala dari segi kognitifnya.
Pada awal naik kelas II, ia terkendala dalam membaca dan mengenal huruf. Tetapi seiring berjalannya waktu, proses anak ini juga mengalami perkembangan yang sangat baik. Ia mampu mengenal huruf dengan baik dan membaca beberapa kalimat. Itulah pentingnya guru harus mempu memahami aspek-aspek yang telah disebutkan.
Terdapat juga perkembangan anak yang lain seperti yang ketika kelas I SD sering menangis jika orang tuanya tidak menemaninya belajar di kelas dan ketika kelas II ia sudah mampu menghilangkan sifat tersebut, bahkan bisa dikatakan anak ini paling pemberani.
Ada juga yang ketika kelas I SD hanya mampu mengeja dan mengulang bacaannya tidak sesuai dengan pengejaannya, namun ketika naik ke kelas II, ia sudah mampu mengeja dengan benar dan bahkan sudah bisa membaca tanpa perlu mengeja kembali.
Guru tidak bisa memaksa kehendaknya juga agar si anak mengalami perkembangan seperti teman-temannya yang lain. Lingkungan di rumah dan sekolah harus mampu mendukung kondisi si anak. Apalagi kerja sama antara guru dan orang tuanya yang sangat penting. Guru dan orang tua sama-sama bekerja mencari tahu kelemahan anak dan harus mampu membuat anak tidak takut dengan kelemahan yang ia miliki.
Saya sebagai guru kelas sekaligus wali kelas, awalnya juga mempunyai ketakutan tersendiri dengan proses perkembangan anak ini. Ketakutan jika si anak tidak mampu berkembang atau bahkan dikhawatirkan tidak mampu mengejar perkembangan anak yang lain. Tetapi seiring berjalannya waktu dan mencari tahu tentang cara menghadapi anak-anak yang memiliki kelemahan tersendiri pada dirinya tersebut, mampu membuat saya keluar dari zona ketakutan tersebut.
Alhamdulillah tahun pertama berada di kelas II ini membuat saya mengapresiasi diri saya sendiri dikarenakan mampu membuat siswa bangkit dan berkembang dengan sendirinya baik itu dari segi karakter maupun kognitifnya.
Lanjut tahun kedua di kelas II, saya mendapatkan siswa yang lain lagi dengan sikap anak yang sangat jauh berbeda dari tahun pertama dan juga segi kognitifnya sangat berbeda satu sama lain.
Pada awal masuk kelas II, siswa di kelas ini dari segi sikapnya berteman juga masih ada terdengar memilih-milih, ada yang tidak ingin disatukan dengan teman yang tidak disenangi ketika belajar kelompok, ada juga yang tidak mau bergabung dengan temannya disebabkan kurang mampu dari segi kognitifnya.
Berbeda dengan kelas II tahun pertama, tahun kedua ini didominasi oleh siswa laki-laki, dimana proses pengaturan kelasnya juga lumayan susah diatur, apalagi di kelas II ini saya mendapatkan satu siswa yang bisa dikatakan istimewa.
Dikatakan istimewa atau yang kerap sering kita dengar siswa berkebutuhan khusus dikarenakan anak ini mempunyai sifat yang mudah bosan ketika belajar dan emosionalnya juga belum bisa terkontrol sampai membuat anak ini tantrum.
Tantrum adalah luapan emosi anak yang biasanya mereka mengekspresikan kemarahannya disertai tindakan destruktif atau perilaku negatif dengan cara menyepak, melempar, menendang, dan berteriak karena tidak terpenuhi keinginannya (Anjani, et al., 2019).
Anak istimewa ini sangat melatih kesabaran saya selaku wali kelas. Saya juga harus banyak belajar lagi bagaimana cara menghadapi siswa ini. Ketika belajar, anak ini tidak pernah bisa duduk berlama-lama, cepat bosan, dan juga tidak bisa juga diajak untuk bekerja sama ketika bermain game sambil belajar. Jika kalah dalam permainan, maka sifat tantrumnya akan muncul, atau jika ada temannya yang melakukan kesalahan, maka ia juga tidak bisa menerima begitu saja permohonan maafnya, sehingga barang-barang terdekatnya dilempar dan juga ingin menyakiti orang tersebut.
Seiring berjalannya waktu, sifat anak ini juga mulai ada perubahan. Saya mulai memahami karakternya dan cara membuat anak ini tenang jika sudah mulai tantrum. Hal biasanya saya lakukan adalah memberikan ia waktu untuk sendiri dan ketika sudah tenang selanjutnya akan diajak berbicara. Hal ini juga didukung oleh kerja sama antar orang tua dengan guru.
Saya selaku wali kelas juga selalu berkomunikasi dengan orang tua siswa tersebut bagaimana cara menghadapi sifatnya dan juga menyarankan supaya anak ini melakukan terapi dari segi emosional yang belum terkontrol.
Alhamdulillah ketika memasuki semester 2 di kelas II ini, banyak juga perubahan dan perkembangan yang baik pada siswa ini. Ketika pembelajaran berlangsung, ia sudah mau berlama-lama untuk stay di kelas mendengarkan materi yang diajarkan serta menyelesaikan tugasnya di kelas, dan juga sifat tantrumnya mulai berkurang. Walaupun sesekali masih ada tantrum di luar kelas yang disebabkan karena ada hal yang membuat ia tidak senang dengan kondisi yang ada. Tetapi hal ini sudah sangat baik perkembangannya dari pada awal masuk kelas II.
Terlepas dari segi sikap perkembangan karakter yang sudah disebutkan, terdapat juga beberapa siswa di kelas II ini memilki kognitif yang rendah. Ada yang pada saat awal naik kelas II susah dalam memahami instruksi soal yang diberikan, ada yang terkendala dalam proses membaca, dan bahkan ada yang tidak bisa sama sekali menyalin tulisan yang ada di papan tulis. Banyak sekali tantangan besar di saat berada di kelas II tahun kedua ini.
Tetapi, Alhamdulillah semuanya berhasil dilalui, anak-anak yang awalnya memilih-milih teman, karakter tersebut mulai hilang dan sudah bisa berbaur dengan sesama. Beberapa anak yang terkendala dalam membaca juga sudah mampu membaca dengan sangat lancar, serta anak yang terkendala dengan proses penyalinan catatan di papan tulis juga sudah mampu menyalin catatan yang ada di papan tulis tanpa perlu dibantu untuk didikte satu-satu huruf.
Itulah gunanya guru perlu menghargai setiap proses perkembangan anak, guru sangat perlu memotivasi siswa untuk perubahan yang lebih baik, dan hal ini dapat berhasil juga dengan adanya proses komunikasi serta kerja sama baik antar orang tua siswa.
Menurut Talango (2010), setiap anak merupakan individu unik dengan karakteristik pola perkembangan yang berbeda pada setiap aspeknya, sehingga perlu dipahami bahwa tahapan perkembangan dapat dilewati setiap anak, jika mereka mampu melewati urutan tugas perkembangan terlebih dahulu.
Guru, orang tua, dan lingkungan sekitar perlu memahami setiap urutan tugas perkembangan yang mencakup indikator perkembangan yang harus terlewati secara sistematis. []
)* Penulis adalah Guru Kelas SD Sukma Bangsa Pidie.