Home Opini Guru Pendidikan “Berharga”

Pendidikan “Berharga”

by admin

Oleh: Muhammad Arfandynata, S.E

Pada Tahun 2025 ini semakin meningkatnya jumlah sekolah, baik itu negeri ataupun swasta. Jika dibandingkan dengan tahun pelajaran 2023/2024 hanya terdapat 436.707 sekolah, namun pada tahun ajaran 2024/2025 terdapat 438.787 sekolah yang tercatat di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0.47 Persen atau sekitar 2.080 sekolah dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan data tersebut, hal ini sangat berpengaruh terhadap dunia bisnis terutama dalam bidang pendidikan. Bisnis pendidikan yang dimaksud ialah menjual jasa atau produk yang berkaitan dalam bidang pendidikan. Salah satu contohnya ialah semakin banyaknya sekolah-sekolah swasta yang muncul, baik itu SD, SMP, dan SMA yang menawarkan beragam keunggulan yang dimilikinya masing-masing.

Menurut Hermawan K (Leading Service Officer, MarkPlus & Co, dalam Bagus Sumargo 2024), apabila kata “bisnis” disandingkan dengan kata “pendidikan”, maka kemungkinan timbul arti “negatif” dalam kata ini.

Padahal jika suatu bisnis dijalankan dengan tujuan yang baik, pastilah akan menghasilkan produk yang baik pula. Bahkan dalam bisnis non-pendidikan pun harus menghasilkan produk yang baik.

Harapan untuk bisnis pendidikan yang paling tinggi ialah bisnis transformasi, sehingga benar-benar ada nilai yang dirasa oleh konsumen (peserta didik). Bukan hanya sekadar menjual ijazah untuk lulusannya, yang membuat bisnis ini nilainya jatuh ke tingkat paling bawah, yakni bisnis komoditas.

Hal yang paling dibutuhkan dalam bisnis ini ialah kepercayaan masyarakat. Namun untuk membangun hal ini sungguh tidaklah mudah. Butuh waktu yang panjang dan kerja keras dari para tenaga pendidik sebuah sekolah, hingga menghasilkan kualitas yang bermutu. Memiliki tenaga pendidik yang berkualitas juga sangat dibutuhkan dalam membangun kepercayaan ini.

Tidak heran jika pada masa sekarang muncul tren baru ketika memilih sekolah untuk anaknya, salah satunya pertimbangan siapa yang mengajar di sekolah tersebut, sehingga berhasil meluluskan siswa-siswi yang berprestasi dari sekolah tersebut.

Sarana dan prasarana yang berkualitas juga mendukung dalam meningkatkan mutu suatu sekolah. Namun untuk menikmati semua mutu dan memenuhi kepercayaan itu berbanding lurus dengan “harga” yang harus dikeluarkan.

Sekolah yang telah memiliki kepercayaan yang berkualitas di mata masyarakat, maka akan datang peminatnya dengan sendirinya untuk menyekolahkan anaknya di sana. Tentunya demi pendidikan terbaik untuk masa depan anaknya.

Ketika sekolah swasta membuka pendaftaran peserta didik baru, ternyata masih banyak minat orang tua untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta, khususnya ke sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe, informasi ini berdasarkan pengalaman saya sebagai staf keuangan di sana.

Masyarakat dari berbagai kalangan, beramai-ramai mendaftar ke sekolah ini. Hal ini tidak terlepas dari masih tingginya tingkat kepercayaan masyarakat sekitar terhadap kualitas sekolahnya.

Penerapan kurikulum Cambridge dalam kegiatan belajar mengajarnya, juga memiliki lingkungan sekolah yang damai, aman, dan nyaman, sehingga terbentuknya atmosfer belajar yang positif. Walaupun ini sekolah swasta, sekolah ini tidak ekslusif seperti bayangan orang-orang, dalam artian bukan hanya masyarakat yang berpenghasilan di atas rata-rata saja yang bersekolah di sini.

Bagi para orang tua yang sudah berkomitmen bahwa pendidikan anak adalah prioritas bagi mereka, mereka sungguh berusaha keras untuk memenuhi kewajibannya agar anak mereka bisa bersekolah di sini. Karena semakin luasnya kalangan masyarakat yang berminat memilih sekolah swasta, sekolah-sekolah swasta ini membuka peluang untuk meringankan biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua, yakni dengan program beasiswa.

Seperti halnya pada tahun ajaran 2024/2025, Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe telah memberikan beasiswa kepada 7 orang siswanya, baik itu di level SD, SMP, dan SMA. Tentu ini menjadi salah satu program yang dibentuk oleh sekolah swasta, agar masyarakat yang ingin bergabung di sini, namun terkendala ekonomi berkesempatan untuk mewujudkan impian mereka untuk bergabung di lingkungan pendidikan yang bermutu dan berkualitas.

Kita sebagai konsumen, tentu memiliki banyak pilihan dalam menentukan pendidikan untuk anak-anak kita ataupun diri kita sendiri. Memilih untuk berinvestasi dalam dunia pendidikan bukanlah suatu hal yang salah, jika hasil atau experience yang diperoleh itu sebanding dengan besarnya yang dikorbankan. Perihal ini penting, karena ini akan menjadi modal besar untuk anak kita agar memiliki pengalaman pendidikan yang berkualitas.

Tentu Pendidikan yang “harganya” mahal pun, belum menjamin kesuksesan anak-anak kita di masa depan. Hal ini tetap kembali ke karakter dan usaha masing-masing individu dalam menjalankan proses pendidikannya. Memilih lingkungan yang positif dalam pergaulan anak-anak kita juga dapat mempengaruhi bagaimana hasil pendidikannya.

Orang tua sebagai tombak pendidikan seorang anak menjadi kunci dalam keberhasilan dan kesuksesan seorang anak di masa depan. Karena jika hanya menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada guru di sekolah, tentu tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.

Waktu anak bersama gurunya sangat singkat, yakni hanya 6 sampai 8 jam saja, kemudian 2 sampai 3 jam untuk belajar ilmu agama, maka sekitar 11 jam sisanya butuh peran orang tua dalam melanjutkan pendidikannya di hari itu.

Walaupun ada beberapa sekolah yang menerapkan program boarding school yang seharian penuh berada di sekolah, namun tetap orang tua harus ikut berperan memantau perkembangan anak dari jauh. Kerja sama antara guru dan orang tua yang saling bersinergi sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan seorang anak. Karena sebesar apapun “harga” yang dikeluarkan dan setinggi apapun kualitas sekolah dan gurunya, jika tanpa adanya pendampingan dan kepedulian penuh orangtua terhadap anak, maka semua itu akan sia-sia. []

)* Penulis adalah Staf Keuangan Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe.

You may also like

Leave a Comment

mampirklik