Home Opini Guru Olahraga sebagai Remedi Gaya Hidup Sedentari

Olahraga sebagai Remedi Gaya Hidup Sedentari

by Harif Fadhillah

Oleh: Safrida, S.Pd., M.Pd

Coba ingat-ingat kembali, kapan terakhir kali kita melakukan aktivitas fisik atau olahraga? Jika kesulitan mengingatnya, bisa jadi kita adalah salah satu dari ratusan juta penduduk dunia yang menjalani gaya hidup sedentari atau sering disebut malas gerak (mager).

Pola hidup sedentari adalah pola perilaku manusia yang minim aktivitas atau gerakan fisik. Biasanya yang menjalani gaya hidup sedentari ini adalah karyawan atau pekerja kantoran dengan deskripsi pekerjaan yang monoton dan minim melibatkan kreativitas. Hampir bisa dipastikan bahwa orang-orang tersebut sepanjang hari duduk dibalik meja kerja ditemani komputer atau berdiri di samping ban berjalan dan memasang/melakukan pekerjaan tertentu.

Para pekerja juga kadang lebih sering menggunakan kendaraan pribadi/umum menuju kantornya. Itu artinya, mereka akan duduk sepanjang jalan sampai kendaraan tersebut mengantarnya ke tujuan. Sesampai di sana, mereka akan langsung disibukkan dengan kegiatan mereka di depan komputer sambil duduk atau berdiri. Setelah jam kerja usai, mereka akan pulang dan setibanya di rumah, mereka akan istirahat dalam arti yang sebenarnya dengan alasan melepas lelah setelah bekerja seharian. Kadang untuk mengusir bosan saat istirahat, mereka sering memanfaatkan smartphone untuk main game atau sekadar berselancar di dunia maya. Potret hidup yang seperti ini yang disebut sebagai salah satu contoh pola hidup sedentari.

Selain itu, rata-rata penduduk dunia dewasa ini memanfaatkan layanan online untuk membantu meringankan pekerjaannya, untuk tidak menyebut meminimalisir aktivitas fisiknya. Untuk sekedar berbelanja sudah bisa dilakukan via aplikasi, membayar tagihan listrik atau air, dan untuk transfer uang bisa dilakukan hanya dengan menggerakkan jari-jari di layar gawai.

Di satu sisi, hal ini memang sangat membantu meringankan pekerjaan, tapi di sisi lain menyebabkan kita secara tidak sengaja sudah berada pada pola hidup sedentari karena kurang gerak. Gaya hidup yang demikian jika tidak segera disikapi dan diiringi dengan kegiatan olahraga, maka akan berpotensi mengundang bahaya bagi kesehatan baik secara fisik maupun mental.

Urgensi aktivitas fisik

Pada usia sekolah, aktivitas fisik sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan anak. Akan tetapi, sebagian besar remaja terindikasi menganggap aktivitas fisik itu adalah kegiatan yang hanya “membuang” waktu dan tidak penting sama sekali. Mereka lebih senang bertemu dan berkumpul dengan teman untuk bermain game online atau menonton televisi saja. Terlebih pada masa pandemi, di mana semua kegiatan dilakukan secara daring dari rumah dengan menggunakan internet. Gaya hidup yang tidak banyak bergerak (sedentary life) pada usia sekolah ibarat menabung masalah untuk masa tua, yaitu masalah kesehatan.

Malas gerak adalah kebiasaan yang perlu diubah. Namun, bagi beberapa orang, kebiasaan tersebut sudah menjadi bagian dari rutinitas harian sehingga mereka terlanjur merasa nyaman dengan pola hidup tersebut.

Ketika seseorang sudah memasukkan gaya hidup ini dalam zona nyamannya maka akan sangat sulit untuk mengubahnya kembali. Rata-rata orang berpandangan bahwa pola hidup demikian toh tidak perlu dipermasalahkan, alasannya fisik mereka masih tetap prima walaupun sudah menjalani gaya hidup tersebut selama bertahun-tahun. Padahal dampak dari gaya hidup sedentari baru akan mulai terasa bertahun-tahun setelah terbiasa menjalani rutinitas tersebut ditambah dengan mulai melemahnya fisik kita ketika usia semakin bertambah.

Kebiasaan malas gerak akan membuat kita kehilangan massa otot, mengurangi kerja otot jantung dan paru, dan kepadatan tulang juga akan berkurang drastis. Jika dibiarkan, kondisi tersebut akan mengarah pada osteoporosis. Akibatnya, menjalani aktivitas sehari-hari pun jadi lebih sulit karena otot yang tidak terlatih akan semakin lemas dan cepat lelah. Saat tubuh tidak aktif bergerak, tubuh akan kehilangan kemampuan untuk mengubah lemak menjadi energi. Hal tersebut akan membuat lemak dari makanan menumpuk dalam tubuh. Lemak-lemak inilah yang memicu lonjakan angka kolesterol jahat.

Jika kolesterol menumpuk di pembuluh darah jantung, maka lambat laun akan memicu penyakit Jantung Koroner. Penyakit tersebut ditandai dengan nyeri dada sebelah kiri, terutama saat tubuh melakukan aktivitas, baik dengan intensitas ringan hingga tinggi. Penyakit tersebut tidak hanya mengganggu aktivitas kita, tetapi juga berisiko tinggi menyebabkan kematian.

Olahraga yang teratur akan mendatangkan banyak manfaat untuk tubuh. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Soeharto (2001) bahwa aktivitas fisik yang baik ditambah lagi olahraga yang teratur memungkinkan obesitas dapat terhindari sehingga akan mengurangi kelebihan energi dan mengurangi peningkatan resiko penyakit jantung atau penderita gagal jantung.

Olahraga dan kesehatan

Mens Sana in Corpore Sano adalah semboyan yang dipegang teguh oleh pecinta olahraga, slogan yang berbahasa latin ini sudah sangat mendarah daging sehingga menjadi falsafah hidup. Secara sederhana, ungkapan ini juga sering dipaparkan dalam Bahasa Inggris, a healthy mind, in a healthy body yang berarti dalam pikiran yang sehat terdapat tubuh yang kuat. Maksudnya, jika seseorang memiliki tubuh yang sehat, jiwanya juga akan sehat, begitu pun sebaliknya.

Dengan berolahraga secara teratur maka paling tidak seseorang akan punya kesempatan besar untuk meraih hal tersebut dan mendapatkan beberapa manfaat antara lain mencegah penyakit jantung dan stroke, mengendalikan kadar gula darah, menjaga tekanan darah tetap stabil, menjaga berat badan tetap ideal, dll. Sedangkan untuk kesehatan mental, olahraga juga bisa membantu seseorang untuk memperbaiki suasana hati, menumbuhkan rasa percaya diri, mengatasi stress, membuat tidur lebih nyenyak, merasa positif dan menyenangkan.

Mungkin, selama ini kita termasuk dalam kumpulan orang-orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik ini karena kita belum terbiasa. Sebagai pemula, kita bisa mencoba olahraga secara bertahap, sederhana, dan ringan seperti naik turun tangga. Naik turun tangga adalah salah satu olahraga yang bisa dilakukan pemula. Manfaatnya, selain melatih otot kaki bagian atas dan bawah juga akan melatih jantung dan paru-paru. Selain naik turun tangga, jenis aktivitas seperti ini bisa mengeluarkan keringat juga dapat meningkatkan detak jantung menjadi normal.

Agar terhindar dari gaya hidup sedentari, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengarahkan anak-anaknya dengan menjadi contoh atau teladan pola hidup sehat. Promosi dan kampanye gaya hidup sehat juga perlu dilakukan oleh sekolah maupun instansi kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi berkembangnya gaya hidup tidak sehat seperti sedentary life.

Pengetahuan tentang faktor penyebab pola hidup sedentari juga perlu disosialisasikan pada setiap sekolah oleh guru agar siswa tidak larut dan terjebak tanpa disadari dengan pola hidup sedentari. Sekolah juga bisa menyediakan peralatan dan fasilitas yang cukup untuk anak-anak menjadi lebih aktif secara fisik selama jam sekolah atau berada di lingkungan sekolah. Bagian UKS juga dapat merancang promosi kesehatan tentang pedoman kegiatan olahraga/aktivitas fisik untuk anak usia sekolah.[]

)* Penulis adalah guru Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan (PJOK) di SMA Sukma Bangsa Bireuen.

Artikel ini telah tayang di acehtrend dengan judul: Olahraga sebagai Remedi Gaya Hidup Sedentari

https://www.acehtrend.com/news/olahraga-sebagai-remedi-gaya-hidup-sedentari/index.html

You may also like

Leave a Comment