Home Opini Guru Membangun Peradaban Sains Bidang Fisika yang Berilmu

Membangun Peradaban Sains Bidang Fisika yang Berilmu

by Harif Fadhillah

Angin tak dapat ditangkap, asap tak dapat digenggam, begitulah bunyi yang mengartikan rahasia itu tidak selamanya dapat disembunyikan, suatu waktu akan terbuka pula. Mengapa pribahasa ini saya pilih untuk melengkapi awal dari tulisan ini, dikarenakan sains selalu dianggap misteri dan menyimpan banyak rahasia. Oleh sebab itu, para ahli sains akan terus mencari kebenarannya. Kali ini, menarik tentunya menggali sains dalam bidang fisika.

Fisika dikenal pelajaran yang cukup sulit, bahkan banyak dikalangan pelajar menghindari memahami pelajaran fisika, sikap yang mereka tunjukkan adalah murni yang terjadi di berbagai sekolah, akan tetapi bukanlah suatu justifikasi yang boleh ditanamkan pada pelajar.

Asumsi yang mereka pikir tentang fisika harus segera diubah agar tidak merugi bagi mereka yang punya cita-cita dalam bidang yang padahal sangat butuh ilmu fisika. Tidak sedikit anak-anak yang bercita-cita ingin menjadi dokter atau ilmu kedokteran, tapi berpikir bahwa biologi adalah satu-satunya pelajaran yang harus mereka kuasai, padahal fisika merupakan inti pelajaran penting dalam menunjang ilmu kedokteran. Itu semua terjadi karena fisika dianggap ilmu yang penuh dengan hitungan dan balik-balik rumus semata.

Pembelajaran fisika di kelas bisa dimulai dengan hal-hal sederhana, dan mengaitkan tentang apa yang terjadi di jaman Rasul. Pertanyaan pemantik itu sangat perlu menjadi pembuka dalam memulai kelas.

Misalnya saja pada materi fisika, anak-anak bisa ditanya tentang di mana Bilal bin Rabbah mengumandangkan adzan pertama kali di zaman Rasulullah? Secara spontan pelajar yang paham akan menjawab ‘di atas bukit’ nah, teman-teman yang tidak tahu akan menjadi tahu, lalu guru bisa memancing dengan pertanyaan sambungan “Mengapa Bilal bin Rabbah mengumandangkan adzan di atas bukit, mengapa tidak di dataran rendah saja? Sedikit membingungkan, tapi tidak semua dari mereka tidak bisa menjawabnya. Satu atau dua di antara pelajar dalam kelas pasti bisa menjawabnya, dengan jawaban yang bervariasi ‘karena tidak ada toa’ ‘karena biar semua kampung bisa mendengar’. Nah, di antara jawaban tersebut pasti ada yang lebih mendekat. Tanpa disadari, mereka sudah memahami aplikasi fisika tentang bunyi di jaman Rasulullah.

Tidak hanya itu, saya kembali ceritakan sedikit dari guru fisika saya saat duduk di bangku SMA pernah mengatakan bahwa, fisika itu mempelajari tentang benda mati yang bergerak dan mempunyai energi di dalamnya, oleh sebab itu perlu mengucapkan basmalah saat hendak menduduki kursi yang berbahan kayu. Benar atau tidak hal tersebut tentu menjadi tanda tanya besar, akan tetapi benar adanya fisika mengajarkan fenomena benda mati.

Kata fenomena haruslah menjadi tanda tanya besar, benda mati yang diajarkan adalah benda yang bisa diukur, benda yang bergerak dan berenergi. Artinya, ada energi pada benda mati tersebut.

Butuh kehati-hatian dalam mempelajari fisika, jika tidak dibimbing dengan motivasi keimanan, maka mereka akan terjerumus ke dalam fisika sekuler. Jika bukan dari dini mengajarkan tentang keimanan, maka pelajar yang usianya masih rentan bisa terlibat dalam cocokologi.

Dalam buku The MODEL for Smart Parents itu berpesan ‘Manusia adalah umat terbaik yang didesain oleh Allah. Umat muslim merupakan mercusuar peradaban, maka mereka harus berkontribusi untuk peradaban. Jadilah manusia yang bertakwa dan jangan terjebak pada cocokologi.’

Tidak jarang pelajar juga menanyakan, untuk apa belajar fisika? Tentu, fisika harus diajarkan, karena teknologi yang kita gunakan adalah pengembangan-pengembangan dari ilmu fisika. Seperti Ibnu Haitsam, seorang ilmuwan Islam yang dikenal sebagai bapak fisika dan matematika yang menemukan bagaimana cara mata manusia bekerja hingga dijuluki sebagai bapak optik, karena dalam fisika mata adalah bagian dari materi optik, dan beliau juga penemu kamera obscura.

Kamera obscura adalah kamera yang memanfaatkan lubang jarum sebagai celah cahaya. Ibnu Haitsam mengatakan bahwa semakin kecil lubang cahaya akan semakin bagus gambar yang akan dihasilkan.

Kemudian, di abad ke 16 atau lima abad setelah penemuan kamera obscura mulai dikenalkan pada orang barat. Kamera obscura ini adalah asal mula adanya kamera yang sekarang. Maka peran fisika dalam peradaban Islam itu sangat erat.

Bagaimana peran fisika dalam ayat Alquran? Ada banyak sekali kaitannya, ayat Alquran yang bisa dijelaskan dalam pembelajaran fisika. Memang bukan hal mudah untuk mengaitkan materi fisika dalam ayat-ayat Alquran, dan tidak semua juga dari materi fisika ada dalam Alqur’an. Butuh bimbingan atau pendamping untuk mengajarkan fisika dan kaitannya dalam Alquran.
Pelajar pasti akan sangat senang jika diceritakan tentang hubungan fisika dalam Alquran, bagi mereka itu adalah menakjubkan.

Materi-materi fisika yang mudah ditemukan dalam Alquran adalah gaya pada hukum newton, gravitasi bumi, bunyi, fluida, optik, listrik magnet. Namun, jangan salah menafsirkan arti dari Alquran dan memasukkan asal hubungannya dalam fisika. Karena pelajar adalah cerdas dan memiliki ilmu komprehensif walau secara temporary.

Apa manfaat mengajarkan Fisika dalam Peradaban Islam? Kompetensi siswa dalam belajar fisika lebih terintegrasi kepada nilai keimanan, karena mereka diingatkan kembali pada fenomena-fenomena alam, terlebih di wahyukan dalam Alquran. Selain dari pada itu, akhlak yang lebih baik akan mengalami eskalasi.

Jadi keimanan dan akhlak harus dibentuk lewat hal-hal yang dianggap kecil pada dasarnya berdampak besar. Jangankan mereka, terkadang kita yang dewasa pun lupa bagaimana alam dan seisinya ini ada, siapa yang menciptakan semua ini? Maka perlu belajar dari ilmuwan terdahulu untuk mengingatkan kita pada apa yang sedang kita nikmati sekarang ini. Dengan begitu kita bisa belajar dan mengajar fisika yang menyenangkan. []

)* Penulis adalah Guru Fisika SMA Sukma Bangsa Pidie

You may also like

Leave a Comment